In his speech at the opening of Indo EBTKE Conex 2017 in Conjunction with Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2017, in Jakarta, in mid-September, Energy and Mineral Resources Minister, Ignatius Jonan encouraged the development of renewable energy (EBT) to be competitive in terms of economic tariffs.
Dalam sambutannya ketika membuka gelaran Indo EBTKE Conex 2017 in Conjunction with Bali Clean Energy Forum (BCEF) 2017, di Jakarta, pertengahan September lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mendorong pengembangan energi baru terbarukan (EBT) lebih memiliki daya kompetitif dalam hal tarif keekonomian.
Pemerintah, kata Jonan. sepakat bauran energi harus tercapai dengan catatan pemenuhan keekonomian harus terjangkau. Pemerintah menargetkan pada 2025, bauran energi yang berasal dari sumber energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23%.
Terhadap komitmen tersebut, kata Jonan, pemerintah konsisten untuk terus memaksimalkan pemanfaatan EBT yang ekonomis. Diakui Jonan, pada 2017 ini pemerintah gencar meningkatkan akses energi dan keandalan pasokan di seluruh pelosok Nusantara, baik berupa peningkatan rasio elektrifikasi maupun peningkatan kapasitas energi di sektor EBT.
Ia menjelaskan hal tersebut sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang tersurat dalam tiga hal yang harus dipenuhi, yaitu ketersediaan listrik, distribusi, dan harga terjangkau.
Oleh karena itu, Kementerian ESDM telah mendorong PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) untuk bisa membantu mengembangkan EBT dengan mengucurkan pinjaman berbunga rendah.
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar dalam acara pemaparan proyek Micro Hydro for Indonesia di Jakarta belum lama ini mengatakan pemerintah tengah berupaya mencarikan dana murah untuk mengembangkan potensi EBT di Indonesia.
"Kami di kementerian berusaha mendatangkan 'lender' (pemberi pinjaman) yang bisa memberikan 'interest rate' yang murah. Kami sedang usahakan bagaimana dapat dana murah termasuk dengan SMI. Kami dorong SMI lebih luangkan sebagian dananya untuk pengembangan EBT," ungkapnya.
PT SMI sejak 2015 telah terlibat membiayai proyek-proyek energi terbarukan (renewable energy) dan perubahan iklim (climate changes). Fasilitas pinjaman didapat dari beberapa lembaga donor yang berasal dari luar negeri.
Seperti dikutip situs PT SMI, Direktur Pengembangan Proyek dan Jasa Konsultasi SMI Darwin Trisna Djajawinata mengungkapkan sumber fasilitas pinjaman berasal dari Agence Francaise de Developpement (AFD) atau Bank Pembangunan Prancis senilai maksimum US$100 juta. Kemudian juga memperoleh Grant senilai USS5 juta serta program bantuan teknis (technical assistance) senilai maksimum 400 ribu euro dari AFD.
Darwin menjelaskan kerja sama dengan AFD ini akan mendorong peningkatan pemanfaatan sumber energi terbarukan guna menopang bauran energi menjadi 23% di 2025. "Hal ini juga membuktikan tingginya kepercayaan lembaga bilateral atau multilateral kepada SMI," jelasnya.